بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم

1. Latar Belakangnya |
Rambutnya kerinting, tubuhnya kurus kering dan kulitnya cukup
hitam. Orang memandang remeh kepadanya dan segan bertemu dengan dia.. Tetapi
walaupun begitu, dia telah membuktikan keberaniannya sanggup menewaskan ratusan
orang musyrik dalam beberapa kali perang tanding satu lawan satu. Belum
termasuk yang ditewaskannya dalam perang berkecamuk.
Sesungguhnya dia pemberani yang pantang mundur. Khalifah ‘Umarbin Al-Khattab pernah menulis surat kepada para panglima, supaya tidak
mengangkat Al Bara’ bin Malik menjadi komandan pasukan, karena dikhawatirkan dengan keberaniannya yang luar biasa itu akan
membahayakan tentera muslimin. Al-Bara’ bin Malik adalah saudara
kandung Anas bin Malik, khadam Rasulullahsaw. Kisah ini terjadi tidak berapa lama sesudah Rasulullah wafat. Ketika
itu beberapa kabilah ‘Arab murtad dari agama Islam secara beramai-ramai,
sebagaimana mulanya mereka masuk Islam beramai-ramai. Akhirnya yang tinggal
dalam Islam hanyalah para penduduk Makkah, Madinah, Thaif, dan
beberapa kelompok yang berserakan di sana-sini. Mereka orang-orang yang teguh
imannya.
Khalifah Abu Bakar menghendaki agar
ancaman terhadap pembelot Islam itu dihapuskan sampai ke akarnya. Maka
dibentuknya sebelas pasukan tentera, terdiri daripada kuam Muhajirin dan kaum
Ansar. Lalu dikirimnya ke seluruh jazirah ‘Arab, untuk mengembalikan orang
orang yang murtad dan memerangi siapa yang membangkang.
Kelompok orang-orang murtad yang paling jahat dan besar ialah
kelompok Banu Hanifah yang dipimpin oleh Musailamah
Al-Kazzab. Jumlah mereka tak kurang dari empat puluh ribu orang, terdiri
daripada prajurit-prajurit kental dan berpengalaman perang. Kebanyakan mereka
murtad dan mengikuti Musailamah karena fanatik kesukuan, bukan kerana percaya
kepada kenabian Musailamah.
2. Sengitnya Pertempuran Yamamah
- Tentera Muslimin yang pertama-tama datang menyerang
Musailamah dipimpin oleh ‘Ikrimah bin Abu
Jahal. Pasukan ‘Ikrimah dapat dikalahkan tentera Musailamah.
sehingga kucar-kacir dan Ikrimah sendiri tewas sebagai syahid.
- Sesudah itu dikirim oleh Khalifah Abu Bakar Shiddiq pasukan
kedua di bawah pimpinan Khalid bin Walid.
Dalam pasukan Khalid ini terdapat pahlawan-pahlawan Ansar dan Muhajirin.
Di antara mereka terdapat Al Bara’ bin Malik Al-Anshary, dan beberapa pahlawan
muslim lainnya.
- Pasukan Khalid bertemu dengan pasukan Musailamah di
Yamamah. Pertempuran segera terjadi tak dapat dihindar. Belum lama kedua
pasukan itu bertempur, ternyata pasukan Musailamah lebih unggul. Mereka
dapat mendesak mundur pasukan Khalid dari posisinya, hingga pasukan
Musailamah berhasil menyerbu sampai ke perkemahan Khalid bin Walid dan
menghancurkan perkemahan itu. Bahkan isteri Khalid nyaris terbunuh ketika
itu, seandainya tidak diselamatkan pengawal. Melihat situasi yang
tidak menguntungkan, Khalid melompat ke tengah-tengah pasukannya dan
mengubah susunan pasukan. Kaum muhajirin, kaum Ansar, dan prajurit yang
terdiri anak-anak desa dipisah-pisahkannya mengikut kelompok
masing-masing. Tiap-tiap kelompok dikepalai salah seorang dari kelompoknya
sendiri. Dengan begitu Khalid dapat mengetahui kesanggupan masing-masing,
serta mengenal pasti di mana letak kelemahan tentera muslimin. Kini
kedua pasukan berbuku-hantam dan tebas-menebas dengan sengit dan
mengerikan. Kaum muslimin memperlihatkan kemampuan yang belum
diperlihatkannya daripada tadi. Tentera Musailamah bertahan di medan
tempur bagaikan gunung, kukuh dan kuat. Mereka tidak peduli walaupun
korban banyak jatuh di pihak mereka. Kaum muslimin memperlihatkan
keberanian luar biasa, yang kalau dihitung-hitung sesungguhnya merupakan
peristiwa yang sangat mengerikan.
- Tsabit bin Qais yang memikul
bendera Ansar. Dia melilit tubuhnya dengan kain kafan kemudian digalinya
lubang setinggi betis. Lalu dia turun ke dalam lobang itu. Dia bertahan di
lubang itu mengibarkan bendera kaumnya sampai tewas sebagai syahid.
- Zaid bin Khattab, saudara ‘Umar bin
Khattab r.a., memanggil kaum muslimin, “Wahai
kaum muslimin, bertempurlah dengan gigih! Tewaskan musuh-musuh kalian dan
terus maju. Wahai manusia! Demi Allah! Saya tidak akan berbicara lagi
sesudah ini sampai Musailamah dihancurkan, atau saya syahid menemui Allah.
Saya akan perlihatkan kepada Allah bukti bahwa saya betul-betul syahid.’
kemudian dia maju menyerang musuh, bertempur sampai tewas sebagai syahid.
- Lain pula dengan Salim maula Abu
Hudzaifah, pembawa bendera kaum Muhajirin. Kaumnya khawatir dia
lemah atau takut. Kata mereka kepada Salim, “Kami sangsi dengan keberanian Anda menghadapi musuh.” Jawab
Salim, “Jika kalian sangsi terhadap saya, biar saya menjadi pembawa
bendera Al Quran.“ Kernudian dia menyerbu musuh-musuh Allah dengan berani
sehingga Ia tewas pula sebagai syahid.
Tetapi kepahlawanan mereka belum seberapa dibandingkan dengan
kepahlawanan Al Bara’ bin Malik r.a. Al-Barra' bin Malik menunjukkan
kepahlawanannya. Ketika panglima perang Khalid bin Walid melihat pertempuran
kian berkobar, ia berpaling kepada Al-Barra' seraya berseru, "Wahai
Al-Barra', kerahkan kaum Anshar!" Saat itu juga Al-Barra'
berteriak memanggil kaumnya. "Wahai kaum Anshar, kalian
jangan berpikir kembali ke Madinah! Tidak ada lagi Madinah setelah hari ini.
Ingatlah Allah, ingatlah surga!" Setelah berkata demikian,
dia maju mendesak kaum musyrikin, diikuti prajurit Anshar. Pedangnya
berkelebat, menebas musuh-musuh musuh Allah yang datang mendekat.
Melihat prajuritnya berguguran, Musailamah dan kawan-kawannya
kecut dan gentar. Mereka lari tunggang-langgang dan berlindung di sebuah
benteng yang terkenal dalam sejarah dengan nama Kebun Maut, kerana
banyaknya manusia yang terbunuh dalam kebun itu.
3. Kisah Heroik al-Bara' di Medan Perang
- Kebun Maut adalah benteng terakhir bagi Musailamah dan pasukannya. Pagarnya tinggi dan kokoh. Sang pendusta dan pengikutnya mengunci gerbang benteng rapat-rapat dari dalam. Dari puncak benteng, mereka menghujani kaum Muslimin yang mencoba masuk dengan panah. Menghadapi keadaan yang demikian, kaum Muslimin sempat kebingungan. Dalam benak Al-Barra' muncul ide. Ia pun berteriak, "Angkat tubuhku dengan galah dan lindungi dengan perisai dari panah-panah musuh. Lalu lemparkan aku ke dalam benteng musuh. Biarkah aku syahid untuk membukakan pintu, agar kalian bisa menerobos masuk." Dalam sekejap, tubuh kerempeng Al-Barra' telah dilemparkan ke dalam benteng. Begitu mendarat di benteng bagian dalam, ia langsung membuka pintu gerbang. Dan kaum Muslimin pun membanjir menerobos masuk. Pedang mereka berkelebat menyambar tubuh dan kepala musuh. Lebih dari 20.000 orang murtad tewas, termasuk pimpinan mereka; Musailamah Al-Kadzdzab. Jasa Al-Barra' begitu besar. Lebih dari sebulan lamanya ia terpaksa dirawat akibat luka-luka yang dideritanya. Akhirnya ia sembuh kembali. Sebenarnya Al-Barra' bin Malik sangat merindukan mati syahid. Dia kecewa karena gagal memperolehnya di Kebun Maut. Sejak itu ia selalu menceburkan diri ke kancah peperangan. Ia sangat rindu bertemu Rasulullah saw.
- Tatkala Perang Tustar melawan Persia berlangsung, Al-Barra' bin Malik tidak mau ketinggalan. Kala itu, pasukan musuh terdesak dan berlindung di sebuah benteng kokoh dan kuat. Temboknya tinggi besar. Kaum Muslimin mengepung benteng tersebut dengan ketat. Dalam keadaan demikian, pasukan Persia menggunakan berbagai cara untuk menaklukkan kaum Muslimin. Mereka menggunakan pengait-pengait yang diikatkan ke ujung rantai besi yang dipanaskan. Rantai tersebut mereka lemparkan kepada pasukan Muslimin sehingga sebagian dari mereka tersambar pengait panas itu. Banyak pasukan Islam yang tersambar pengait, di antaranya adalah Anas bin Malik, saudara Al-Barra' bin Malik. Selama beberapa saat, Anas tidak mampu melepaskan diri dari besi panas yang mengaitnya. Melihat hal itu, Al-Barra' bin Malik segera melompat ke dinding benteng dan melepaskan pengait dari tubuh saudaranya. Tangan Al-Barra' bin Malik melepuh dan terbakar karena memegang pengait yang panas membara. Namun ia tak mempedulikannya, yang penting baginya adalah keselamatan saudaranya. Akhirnya ia berhasil menyelamatkan Anas walaupun kedua telapak tangannya lepas. Daging kedua lengannya meleleh dan hanya tinggal kerangka. Sungguh sebuah pengorbanan yang luar biasa. Dalam Perang Tustar ini juga, Al-Barra' bin Malik memohon kepada Allah agar gugur sebagai syahid. Doanya dikabulkan, ia pun gugur sebagai syahid dengan wajah tersenyum bahagia.
Sebarkan !!! insyaallah bermanfaat.
ﺳُﺒْﺤَﺎﻧَﻚَ ﺍﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﻭَﺑِﺤَﻤْﺪِﻙَ ﺃَﺷْﻬَﺪُ
ﺃَﻥْ ﻻَ ﺇِﻟﻪَ ﺇِﻻَّ ﺃَﻧْﺖَ ﺃَﺳْﺘَﻐْﻔِﺮُﻙَ ﻭَﺃَﺗُﻮْﺏُ ﺇِﻟَﻴْﻚ “Maha suci Engkau ya Allah, dan segala puji
bagi-Mu. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan melainkan Engkau. Aku mohon ampun
dan bertaubat kepada-Mu.”
www.republika.co.id
al-adiyat.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar