1. Disiksa Karena Masuk Islam
Nama lengkapnya Bilal bin Rabah Al-Habasyi. Ia berasal dari negeri Habasyah, sekarang Ethiopia. Ia biasa dipanggil Abu Abdillah dan digelari Muadzdzin Ar-Rasul. Bilal lahir di daerah as-Sarah sekitar 43 tahun sebelum hijrah. Ia berpostur tinggi, kurus, warna kulitnya cokelat, pelipisnya tipis, dan rambutnya lebat. Ibunya adalah hamba sahaya (budak) milik Umayyah bin Khalaf dari Bani Jumuh. Bilal menjadi budak mereka hingga akhirnya ia mendengar tentang Islam. Lalu, ia menemui Rasulullah saw. dan mengikrarkan diri masuk Islam. Ia merupakan kalangan sahabat Rasulullah yang berasal dari non-Arab.
Menyebut nama Bilal bin Rabah, kita pasti terbayang kisah keteguhan hati seorang Muslim sejati. Betapa tidak. Saat umat Islam masih berjumlah sekian orang serta kekejaman yang diterima kaum Muslim, seorang budak berkulit kelam bertekad bulat dan mengikrarkan diri beriman kepada Allah swt.
Menyebut nama Bilal bin Rabah, kita pasti terbayang kisah keteguhan hati seorang Muslim sejati. Betapa tidak. Saat umat Islam masih berjumlah sekian orang serta kekejaman yang diterima kaum Muslim, seorang budak berkulit kelam bertekad bulat dan mengikrarkan diri beriman kepada Allah swt.
2. Adzan pertama Di Madinah
Saat
Rasulullah saw. berhijrah ke Madinah, Bilal pun turut serta bersama kaum Muslim
lainnya. Ketika Masjid Nabawi selesai dibangun, Rasulullah saw. mensyariatkan
adzan. Rasulullah saw. kemudian menunjuk Bilal untuk mengumandangkan adzan
karena ia memiliki suara yang merdu. Lalu, Bilal mengumandangkan adzan sebagai
pertanda dilaksanakannya shalat lima waktu. Sejak saat itu, Bilal mendapat
julukan sebagai Muadzdzin ar-Rasul dan ia menjadi muadzin pertama dalam
sejarah Islam.
Setelah sekian lama tinggal di Madinah, Bilal senantiasa menjadi
pengumandang adzan. Biasanya, setelah mengumandangkan adzan, Bilal berdiri di
depan pintu rumah Rasulullah saw. seraya berseru, "Hayya
'alashshalaati hayya 'alashshalaati (Mari melaksanakan
shalat, mari meraih keuntungan)." Lalu, ketika Rasulullah saw. keluar dari
rumah dan Bilal melihatnya, ia segera melantunkan iqamat sebagai tanda shalat
berjamaah akan segera dimulai.
3. Adzan Pertama di Makkah
Ketika menaklukkan Kota Makkah (Fathu Makkah),
Rasulullah saw. berjalan di depan pasukan Muslim bersama Bilal. Saat masuk
Ka'bah, beliau hanya ditemani oleh tiga orang sahabat, yaitu Utsman
bin Thalhah, Usamah bin Zaid, dan Bilal
bin Rabah. Tak lama kemudian, waktu shalat Dzuhur pun tiba. Ribuan
orang berkumpul di sekitar Rasulullah saw. termasuk orang-orang kafir
Quraisy yang baru masuk Islam saat itu. Pada saat-saat yang sangat
bersejarah itu, Rasulullah saw. memanggil Bilal agar naik ke atap Ka'bah untuk
mengumandangkan adzan. Tanpa menunggu perintah kedua, Bilal segera
beranjak dan melaksanakan perintah tersebut dengan senang hati. Ia pun
mengumandangkan adzan dengan suaranya yang bersih dan jelas. Orang-orang semakin
banyak berkumpul. Adzan yang dikumandangkan Bilal itu merupakan adzan
pertama di Makkah. Ribuan pasang mata memandang Bilal dan ribuan lidah
mengikuti kalimat adzan yang dikumandangkannya. Saat sampai pada kalimat, "Asyhadu
anna Muhammadar Rasuulullaahi (Aku bersaksi bahwa
Muhammad adalah utusan Allah)." Juwairiyah binti Abu Jahal bergumam, "Sungguh,
Allah telah mengangkat kedudukanmu. Memang, kami tetap akan shalat, tapi demi
Allah, kami tidak menyukai orang yang telah membunuh orang-orang yang kami
sayangi." Maksud Juwairiyah adalah ayahnya yang tewas dalam Perang Badar.
Sejak saat itu, Bilal pun terkenal sebagai muadzin Rasul.
Bahkan, ia menjadi muadzin tetap saat Rasul masih hidup. Tidak ada orang lain
yang menggantikan Bilal. Yang lain pun tak keberatan Bilal melakukannya.
4. Mengajukan Pensiun Sebagai Muadzin
Namun, saat Rasul saw. wafat dan ketika shalat akan
dikumandangkan, Bilal pun segera berdiri untuk melaksanakan kewajibannya. Saat
itu, jasad Rasulullah saw. masih terbungkus kain kafan dan belum dikebumikan.
Maka, ketika Bilal sampai pada kalimat, "Asyhadu
anna Muhammadar Rasuulullaahi (Aku bersaksi bahwa
Muhammad adalah utusan Allah)," tiba-tiba suaranya terhenti. Bilal
menangis. Ia tidak sanggup mengangkat suaranya lagi. Bilal merasakan betapa
sedihnya ditinggalkan oleh manusia yang paling dicintainya. Tak hanya kaum
Muslim, Allah pun mencintai Rasulullah saw. Seperti dikomando, tangisan Bilal
itu diiringi oleh kaum Muslim yang hadir. Mereka semua menangis karena
ditinggal pergi sang kekasih.
Dalam Shuwar min Hayaatis Shahabah karya Dr
Abdurrahman Ra'fat Basya, dipaparkan bahwa sejak kepergian Rasulullah
saw., Bilal hanya sanggup mengumandangkan azan selama tiga hari. Setiap sampai
kepada kalimat, "Asyhadu anna muhammadan rasuulullaahi," ia
langsung menangis tersedu-sedu. Begitu pula kaum Muslim yang mendengarnya,
larut dalam tangisan pilu.
Kemudian, Bilal mendatangi Abu Bakar as-Sidiq, yang menggantikan
posisi Rasulullah saw. sebagai pemimpin umat Islam, agar dia diperkenankan
untuk tidak mengumandangkan adzan lagi. Ia seakan tidak sanggup melakukannya.
Permohonan itu pun dikabulkan Abu Bakar. Sejak saat itu, Bilal tak pernah lagi
menjadi muadzin bagi seseorang. Pernah Bilal melakukannya ketika KhalifahUmar mengunjunginya di Damaskus. Namun, itu pun hanya
sampai kalimat, "Asyhadu anna Muhammadar Rasuluullaahi."
Ia lagi-lagi menangis mengingat Rasulullah saw.. Bahkan, Umar pun turut
menangis. Adzan yang dikumandangkan Bilal mengingatkan Umar ketika bersama-sama
dengan Rasulullah saw, orang yang paling dicintainya.
Kini, sang muadzin Rasulullah saw. ini sudah berpulang sejak 14
abad silam, tepatnya tahun ke-20 H. Namun, namanya masih harum hingga kini.
Bahkan, di sejumlah masjid di Indonesia,
mungkin juga di negara lainnya, nama muadzin selalu tercantum dengan tulisan
bilal. Ini menunjukkan sebagai penghormatan kepada sang muadzin Rasulullah,
pengumandang adzan pertama di dunia. Semoga Allah memberikan tempat
yang mulia di sisi-Nya.
5. Langkah Sandalnya di Surga Sudah Terdengar Nabi
Nama Bilal memang kerap dikaitkan dengan adzan. Sebab, dia
adalah orang pertama yang menjadi muadzin pada zaman Rasul saw.. Namun,
kemuliaan Bilal tak hanya karena adzannya, jejak langkah Bilal pernah didengar
Rasulullah saw. di dalam surga. Sebuah penghargaan yang sangat tinggi bagi
setiap orang yang beriman. Suatu hari, pada waktu Shubuh, Rasulullah saw.
berbincang-bincang dengan Bilal bin Rabah. Rasul berkata, "Wahai,
Bilal, ceritakanlah kepadaku mengenai amalan yang menurutmu paling besar
pahalanya, yang pernah kamu kerjakan dalam Islam. Sesungguhnya, aku pernah
mendengar suara telapak langkah (jalan)-mu di hadapanku di surga." Bilal menjawab, "Wahai, Rasulullah,
sesungguhnya aku tidak pernah mengerjakan amalan yang menurutku besar
pahalanya, tapi aku tidak wudhu pada waktu malam dan siang, melainkan aku akan
menunaikan shalat yang diwajibkan bagiku untuk mengerjakannya."
Jadi, setiap selesai melaksanakan wudhu, Bilal senantiasa
melakukan shalat dua rakaat, yakni shalat sunat wudhu. Perbuatan
itu senantiasa dilakukannya dalam setiap kesempatan. Selain itu, ia juga
termasuk orang yang senantiasa memelihara (dawam) wudhu, yakni
setiap batal, dia akan langsung berwudhu.
Semasa hidupnya, Bilal tercatat meriwayatkan
44 hadits dari Rasulullah saw, Di antaranya, Rasulullah
bersabda, "Hendaklah kalian menunaikan shalat malam (tahajud) karena
shalat malam adalah tradisi (kebiasaan) orang-orang shaleh
sebelum kalian. Sesungguhnya, shalat malam adalah amalan yang dapat mendekatkan
diri kepada Allah, dapat mencegah dari perbuatan dosa, mengampuni dosa-dosa
kecil, dan menghilangkan penyakit dari badan.[1]."
Selain sebagai mudazin, Bilal juga pernah menjabat sebagai
bendahara Rasulullah di baitul mal. Ia tidak pernah absen mengikuti
semua peperangan bersama Rasulullah. Tentang Bilal, Rasulullah saw. mengatakan,
"Bilal adalah seorang penunggang kuda yang hebat dari kalangan
Habasyah." [2].
Bilal meninggal dunia di Damaskus pada 20 H. Jasadnya dimakamkan
di sana. Namun, ada riwayat yang menyebutkan bahwa jasad Bilal dimakamkan di
wilayah Halb.
Semoga bermanfaat.
ﺳُﺒْﺤَﺎﻧَﻚَ ﺍﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﻭَﺑِﺤَﻤْﺪِﻙَ ﺃَﺷْﻬَﺪُ ﺃَﻥْ ﻻَ ﺇِﻟﻪَ ﺇِﻻَّ ﺃَﻧْﺖَ ﺃَﺳْﺘَﻐْﻔِﺮُﻙَ ﻭَﺃَﺗُﻮْﺏُ ﺇِﻟَﻴْﻚ
“Maha suci Engkau ya Allah, dan segala puji bagi-Mu. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan melainkan Engkau. Aku mohon ampun dan bertaubat kepada-Mu.”
“Maha suci Engkau ya Allah, dan segala puji bagi-Mu. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan melainkan Engkau. Aku mohon ampun dan bertaubat kepada-Mu.”
Sumber:
www.republika.co.id
***
[1]. (HR Tirmidzi).
[2]. (HR Ibnu Abi Syaibah dan Ibn Asakir).
www.republika.co.id
***
[1]. (HR Tirmidzi).
[2]. (HR Ibnu Abi Syaibah dan Ibn Asakir).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar