Secara bahasa, shalat berarti do'a, sedangkan secara
istilah, Shalat adalah ibadah yang terdiri
dari perkataan dan perbuatan tertentu yang dimulai dengan takbir
bagi Allah Ta'ala dan disudahi dengan memberi salam.
Kedudukannya
dalam Islam. Dalam Islam shalat
menempati kedudukan yang tak dapat ditandingi oleh ibadah manapun. Ia
merupakan tiang agama dimana ia tak dapat tegak kecuali dengan
itu. Rasulullah saw. bersabda: Pokok urusan adalah Islam, sedang
tiangnya ialah shalat, dan puncaknya adalah berjuang di jalan Allah. silakan
klik Kedudukandan Keutamaan Shalat Dalam Agama Islam.
1. Hukum Meninggalkan Shalat
Shalat adalah perintah Allah SWT yang telah ditetapkan dalam kitab-Nya, Alquran. Setiap umat Islam, baik laki-laki atau pun perempuan, wajib melaksanakannya. Mereka yang tidak mengerjakan perintah Allah itu, berarti dia termasuk orang yang telah membangkang perintah Sang Pencipta.
- Hukum shalat. Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman. ا إِنَّ ٱلصَّلَوٰةَ كَانَتۡ عَلَى ٱلۡمُؤۡمِنِينَ كِتَـٰبً۬ا مَّوۡقُوتً۬ا (QS An-Nisa [4]: 103).
- Meninggalkan shalat. Dalam beberapa keterangan hadis Nabi SAW, orang yang suka meninggalkan shalat atau sengaja enggan melaksanakannya, mereka bisa disebut dengan kafir. Dari Jabir bin Abdullah RA, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, إِنَّ بَيْنَ الرَّجُلِ وَبَيْنَ الشِّرْكِ وَالْكُفْرِ تَرْكَ الصَّلَاةِ “Yang membedakan Muslim dengan kafir adalah meninggalkan shalat.” (HR Ahmad, Muslim dan Ashabus Sunan, kecuali An-Nasai). Dari Buraidah, Rasulullah SAW bersabda, لْعَهْدُ الَّذِى بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمُ الصَّلاَةُ فَمَنْ تَرَكَهَا فَقَدْ كَفَرَ artinya: “Janji setia di antara kami dengan mereka adalah shalat, barangsiapa yang meninggalkan shalat maka dia adalah kafir.” (HR Ahmad dan Ashabus Sunan).“Barangsiapa meninggalkan shalat fardhu dengan sengaja, maka ia telah terlepas dari tanggung jawab Allah.” (HR Ahmad dari Muadz bin Jabal).
- Hukum melalaikanya. Bahkan, dalam Al-qur'an disebutkan, mereka yang melalaikan shalat, adalah pendusta agama. Lihat فَوَيۡلٌ۬ لِّلۡمُصَلِّينَ * ٱلَّذِينَ هُمۡ عَن صَلَاتِہِمۡ سَاهُونَ (QS Al-Maun ayat 4-5.) Orang yang shalat saja, bisa disebut sebagai pendusta agama, apalagi mereka yang meninggalkannya dengan sengaja.
2. Hukum Lewat di Depan Orang Shalat.
- Larangan. Syekh Kamil
Muhammad Uwaidah dalam “Fiqh an-Nisaa” menyebutkan,
tidak boleh seorang Muslim, baik laki-laki maupun perempuan berjalan di
hadapan orang yang sedang mendirikan shalat, kecuali jika ada atau
terdapat sutrah (pemisah) di antaranya. Namun demikian,
tidak diperkenankan berjalan di balik sutrah itu.
- Kecaman. Rasul SAW juga
mengecam orang yang suka berlalu-lalang di hadapan orang yang sedang
mendirikan shalat. Sebab, pada hakikatnya, orang yang shalat itu sedang berhadapan
dengan Allah SWT. “Lebih baik salah seorang di antara kalian berdiri
seratus tahun daripada berjalan di hadapan saudaranya yang sedang shalat.” (HR
Muslim).
- Pencegahan. Karena itu,
apabila ada orang yang hendak lewat di hadapan mereka yang sedang shalat,
sebaiknya dia mencegahnya. Tak hanya bagi orang dewasa, kata Syekh
Kamil, tetapi juga bagi orang anak-anak ataupun hewan. “Dia harus
mencegahnya,” tegasnya. Anak kecil, kendati bebas dari hukum, namun
setiap orang tua berkewajiban untuk mendidiknya agar tidak lewat di
hadapan orang yang shalat.
- Dialami Nabi saw.. Dari Amr
bin Syuaib, dari ayahnya, dari kakeknya, berkata, “Nabi
SAW pernah mengerjakan shalat menghadap ke dinding sebagai arah kiblat,
sedang kami berada di belakangnya. Lalu datang seekor hewan berjalan di
hadapan beliau. Beliau berusaha untuk mengusirnya sampai menempelkan
perutnya ke dinding dan hewan itu berjalan di belakangnya.” (HR
Ahmad).
- Mengurangi nilai shalat.
Berjalan di hadapan orang yang sedang mengerjakan shalat, juga akan
mengurangi nilai shalatnya. Apabila tidak memungkinkan baginya untuk
mencegah orang yang lewat di depannya, maka shalatnya tetap sempurna.
- Dosa melintas.
Sementara itu, Sayyid Sabiq dalam kitabnya “Fiqh
as-Sunnah” menyatakan haram hukumnya seorang
berdiri atau melintas di depan orang yang sedang shalat. Bahkan, kata Sayyid
Sabiq, ada yang menyatakan perbuatan tersebut sebagai dosa besar.
- Hadits Rasul. Dari Busr
bin Said, dia berkata, Zaid bin Khalid pernah diutus
menghadap Abu Juhaim untuk menanyakan tentang apa yang
didengarnya dari Rasulullah SAW berkaitan dengan hukum melintas di depan
orang yang sedang shalat. Abu Juhaim menjelaskan bahwa Rasul SAW
bersabda,لو يعلم المار بين يدي المصلي ماذا عليه لكان يقف أربعين خيراً له من أن يمر بين يدي ) ، وقال أبو الـنضر – أحد رواة الـحديث -:[ لا أدري أقال أربعين يوماً أو شهراً أو سنة ]. رواه البخاري ومسلـم “Seandainya orang yang
melintas di depan orang yang sedang shalat mengetahui apa (dosa) yang
ditanggungnya (lantaran melintasi itu), niscaya dia berdiri (atau behenti
untuk menunggu) selama empat puluh (hari atau bulan atau tahun, Busr
kelupaan), lebih baik baginya daripada berjalan di depan orang yang sedang
mengerjakan shalat.” (HR Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Ahmad, Nasai,
Ibnu Majah, dan Abu Daud).
- Maksud 40 (?).
Sementara itu, yang diriwayatkan dari Zaid bin Khalid oleh Bazzar dengan
sanad yang sahih, maksud 40 dalam hadis di atas adalah musim gugur
(tahun).
3. Tirai Pembatas / Sutrah
- Pasang penghalang. Karena
itu, setiap umat Islam yang akan mendirikan shalat, hendaknya
memasang garis pemisah atau tirai, orang tidak lewat di hadapannya. Tirai
ini bisa dengan dinding, bisa pula dengan batas tempat sujud atau yang
umum di Indonesia adalah sajadah.
- Cara mencegah orang
lewat. Dan jika sudah ada pembatas, namun masih juga di lewati, dia
harus mencegahnya. Para ulama memberikan petunjuk cara mencegah orang
lewat di depannya. Yakni dengan menjulurkan salah satu tangannya ke
depan sebagai tanda agar orang tidak boleh lewat di depannya. Atau dengan
maju ke depan supaya tidak dilewati, atau dengan mendorong
lehernya. “Jika salah seorang di antara kalian shalat dengan memasang
tirai yang menjadi pembatas agar orang lain tidak melintas di depannya,
kemudian ada orang yang tetap melintasinya, hendaknya dia
mencegahnya.” “Jika dia enggan dan tetap bermaksud melintasinya, maka
bunuhlah dia. Sebab, sebenarnya orang itu adalah setan.” (HR
Bukhari dan Muslim dari Abu Said al-Khudri RA). Wallahu a’lam.
Semoga
bermanfaat.
ﺳُﺒْﺤَﺎﻧَﻚَ ﺍﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﻭَﺑِﺤَﻤْﺪِﻙَ ﺃَﺷْﻬَﺪُ ﺃَﻥْ ﻻَ ﺇِﻟﻪَ ﺇِﻻَّ
ﺃَﻧْﺖَ ﺃَﺳْﺘَﻐْﻔِﺮُﻙَ ﻭَﺃَﺗُﻮْﺏُ ﺇِﻟَﻴْﻚ “Maha suci Engkau ya
Allah, dan segala puji bagi-Mu. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan melainkan
Engkau. Aku mohon ampun dan bertaubat kepada-Mu.”
Sumber:
www.republika.co.id dan beberapa sumber lain.
www.republika.co.id dan beberapa sumber lain.